"Belahlah dadaku, agar kau tahu isi hatiku yang sebenar-benarnya..."

Bagi para remaja yang sedang dilanda cinta asmara, tak jarang kita mendengar ucapan seperti judul tulisan ini. Yaitu untuk menyatakan kejujuran dan keikhlasan cintanya kepada seseorang. Sehingga orang yang dicintai diharapkan yakin seratus persen akan kebenaran kasih sayang dari orang yang mencintainya. Karena yakin dengan sepenuh hati, akan ucapan yang seperti ini maka hati orang yang dicintai pun akan damai tanpa ada lagi keraguan, si dia akan beralih kasih kepada yang lain.
Sebenarnya cinta para remaja lebih banyak mengumbar ucapan yang keluar dari mulut, tidak sesungguhnya dari dalam hati sanubari. Sebenarnya ucapan yang hanya keluar dari mulut hanya akan sampai di daun telinga tidak akan menyentuh hati. Tetapi ucapan yang berasal dari lubuk hati akan menyentuh hati dan kesannya akan sampai ke dalam jiwa orang yang menerimanya.
Seseorang yang merasakan bahwa cintanya masih diragukan oleh orang yang dicintainya akan selalu mengucapkan kalimat-kalimat bujukan atau rayuan semisal kalimat di atas. Sebenarnya ucapan itu hanya bersifat semu belaka, bukan diinginkan oleh si pengucapnya supaya dibuktikan secara nyata.
Kalau lah orang yang menerima ucapan itu sungguh-sungguh melaksanakan apa yang disampaikan si pengucapnya, sama artinya dengan pembunuhan. Ini namanya bukan tanda cinta. Ia akan segera mengambil pisau atau senjata lain lalu membelah dada kekasihnya. Bukti fisik ini namanya pembunuhan? Ini namanya bukan tanda cinta.
Kalaupun seorang remaja terjadi pembelahan dada atas permintaan kekasihnya, didapati di dalam dada itu tidak akan ditemukan jantung dan paru-paru cinta. Di dalam dada itu tidak akan terdapat bukti fisik cinta dalam bentuk nyata. Tetapi untuk membuktikan kebenaran dan kesungguhan cintanya kepada seseorang yang masih meragukan cintanya.
Selanjutnya yang dicintai atau si pembelah dada akan segera ditangkap polisi atas pelanggaran hukum perbuatan. Polisi juga akan tidak akan menerima alasan bahwa tindakan membelah dada itu adalah atas permintaan korban, untuk membuktikan kebenaran cintanya kepada orang yang telah membelah dadanya.
Alangkah banyaknya remaja yang tewas, yang menjadi korban pembelahan dada hanya untuk membuktikan ketulusan, kebenaran dan kesungguhan cinta. Padahal untuk membuktikan ketulusan cinta tidak perlu dengan pembunuhan atau pembelahan dada seseorang yang dicintai. Cinta yang ikhlas dan tulus dapat ditandai dengan kerelaan berkorban dan berbuat yang terbaik kepada orang yang dicintai. Berusaha menjaga nama baiknya dan tidak pernah berusaha untuk merusak diri dan masa depannya.
Yang lebih utama lagi, tidak pernah berniat melanggar ajaran agama yang dianut atau pun tata krama yang terpuji yang telah dilestarikan oleh masyarakat yang beradab dan berbudaya tinggi. Karena memelihara keutuhan cinta adalah dengan saling menyayangi dan menjaga perasaan masing-masing, sehingga tak seorang pun yang merasa tersinggung karena perbuatan yang sepihak.
– Thamrin